jelaskan mengapa laporan keuangan memiliki potensi penting untuk menyesatkan selama periode perubahan harga ???
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang tak terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga (changing prices), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut sebagai inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut sebagai deflasi (deflation).
Menurut John F. Boschen dan Charles L. Weise dalam Journal of Money, Credit, and Banking (juni 2003) Bukti menunjukkan bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang agresif yang dirancang untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pengeluaran yang berlebihan akibat pemilihan umum nasional, dan pengaruh inflasi internasional merupakan penjelasan atas penyebab timbulnya inflasi. Namun demikian permasalahannya tidaklah sesederhana itu. Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Kehancuran sosial dan politik yang ditimbulkan oleh rangkaian periode hiperinflasi (ketika laju inflasi meningkat lebih dari 50 % tiap bulannya) terdokumentasi dengan baik dan hal ini menjelaskan mengapa tingkat harga yang stabil menjadi prioritas nasional bagi banyak negara di dunia, kalangan usaha juga merasakan pengaruh inflasi pada saat harga factor produksi meningkat. Meskipun perubahan harga terjadi diseluruh dunia, pengaruh terhadap pelaporan bisnis dan keuangan berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.
DEFINISI PERUBAHAN HARGA
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga ( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation ), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ).
Inflasi telah menjadi fakta yang penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat, FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu kendala penfukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.
Selama periode inflasi, nilai aktiva
yang di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai
terkininya ( yang lebih tinggi ). Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi
(1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2)
anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak
dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang
dinilai lebig pada gilirannya akan menyebabkan :
- Kenaikan dalam proporsi pajak
- Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham
- Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja
- Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar )
Kegagalan untuk menyesuaikan data
keungan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga
menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan
dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode
inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum
yang lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini ), yang kemudian diterapkan
terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan
keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (
ekuivalennya ) selama periode inflasi.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh
inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :
- Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
- Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
- Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi
perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam
beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga
bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
SUDUT PANDANG INTERNASIONAL
TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa Negara telah mencoba
akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik actual juga mencerminkan
pertimbangan pragmitis seperti parahnya laju inflasi nasional dan pandangan
yang pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi
inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inflasi yang berbeda sangat
bermanfaat pada saat menilai kondisi paling muktahir saat ini.
1.
Negara Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan / SFAS No.33, yang berjudul “ Pelaporan
Keuangan dan Perubahan Nilai” pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan
AS yang memiliki persedian dan aktifa tetap bernilai lebih dari $125 juta atau
aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran
dasar untuk laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun
informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa :
- Pengungkapan ganda yang diwajibkan FASB membingungkan.
- Biaya penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
- Pengungkapan daya beli biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan dengan biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal standar akuntansi inflasi masa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk
mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
- Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainya.
- Laba dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
- Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan.
- Setiap agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
- Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.
- Laba per saham menurut dasar biaya kini
- Deviden per saham biasa
- Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
- Tingkat indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari opersi berjalan.
Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga
mencakup operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk
perusahaan dari AS perusahaan yang ,engadopsi dolar sebagai mata uang
fungsional untuk mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari
sudut pandang mata uang induk perusahaan.Akibatnya akun-akun operasi harus
ditranslasi ke dalam dolar, kemudian disesuaikan dengan inflasi AS. Perusahaan
multinasional yang mengadopsi mata uang local sebagai mata uang fungsional
untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang
local. FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode
translasi sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri dan
kemudian melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian, penyesuai
terhadap data biaya kini untuk mencerminkan inflasi dapat didasarkan pada
indeks tingkat harga umum AS atau luar negeri.
2.
Negara Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris /
ACS menerbitkan “Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 / SSAP, “Akuntansi
Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP
16 dibatalkan pada tahun 1988, metodologinya direkomendasikan untuk
perusahaan-perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun-akunnya yang
disesuaikan terhadap inflasi. Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah:
- Apabila standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini, SSAP 16 hanya mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
- Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelas.
Standar di Inggris memperbolehkan 3
pilihan pelaporan :
- Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
- Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
- Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang dilengkanpi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dengan perlakuan keuntungan dan
kerugian yang terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan
terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya
mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu, a. Penyesuai modal kerja
moneter ( Monetary Working Capital Adjustment) / MWCA Mengakui pengaruh
perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh
perusahaan dalam operasinya. b. Mekanisme Penyesuaian Memungkinkan pengaruh
perubahan harga spesifik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan.
3.
Negara Brasil
Walaupun tidak lagi diwajibkan
akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok
pilihan pelaporan –Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar Modal
Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan
ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan
indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata
uang local.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh agar tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva moneter bersihnya.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh agar tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva moneter bersihnya.
BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
Secara khusus laporan keuangan suatu
perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi,
apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus
disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini
juga berlaku untuk angka terkait dalam periode sebelumnya. Keuntungan atau
kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter
bersih dimasukan kedalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga
harus mengungkapkan :
- Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
- Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini.
- Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama periode pelaporan.
- Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
ISU-ISU MENGENAI INFLASI
Terdapat 4 isu akuntansi inflasi
diantaranya :
- Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi.
- Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi.
- Akuntansi inflasi luar negeri.
- Menghindari fenomena kejatuhan ganda.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INFLASI
Perlakuan keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter (yaitu kas, piutang, dan utang) tergolong kontroversial.
Penelitian kami terhadap praktik di berbagai negara mengungkapkan perbedaan
yang penting dalam hal ini. Di Amerika, keuntungan atau kerugian pos-pos
moneter ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan
saldo akhir. Serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter
(termasuk utang jangka panjang), angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai
saldo terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Sumber :
pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files…/32026-7-316349907215.doc
http://sitimaryamah.wordpress.com/2013/04/19/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar