Kamis, 01 Mei 2014

sebutkan dan jelaskan dua metode translasi mata uang asing



sebutkan dan jelaskan dua metode translasi mata uang asing

 Jelaskan keuntungan dan kerugian translansi mata uang asing ?
Single Rate Method
Metode ini mengaplikasikan kurs tunggal, yaitu kurs yang berlaku atau kurs penutupan, untuk semua aktiva dan aktiva dan kewajiban valuta asing. Pendapatan dan beban valuta asing umumnya ditranslasikaan pada kurs yang berlaku pada saat item-item ini diakui. Meskipun begitu, untuk tujuan kelayakan, item-item tertimbang dari kurs-kurs yang berlaku untuk periode yang bersangkutan. Laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas otonom, memiliki domisisli pelaporan mereka sediri. Dimana perusahaan afiliasi asing tersebut mentransaksikan urusan bisninya yaitu dengan cara yang paling baik adalah penggunaan kurs berlaku.
Metode translasi ini memperahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Dalam metode kurs berlaku. hasil-hasil konsplidasi akan mencerminkan perspektif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Sebagai contoh jika sebuah aktiva diperoleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1 = $1. maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif yaluta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1. biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas. biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nilai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs beriaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu. mengasumsikan bahiva fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan. Mentranslasikan semua saldo valuta asing dengan kurs berlaku menimbulkan keuntungan darI Kerugian translasi setiap saat kurs berubah. Memasukkan penyesuaian nilai tukar seperti itu dalam laba berjalan bisa mendistorsikan ukuran kinerja secara signifikan. Sebagian besar keuntungan dan kerugian ini mungkin tidak pernah terealisasi secara penuh, karena kurs seringkali berganti arah sebelum realisasi terjadi.

b. Multiple Rate Method
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.

1. Metode berlaku-historis.
Aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis. Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memiliki justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses translasi. Lebih jauh, kurs yang berfluktuasi mungkin menghasilkan translasi yang mendistorsi hasil-hasil operas! antara periode-periode akuntansi. Persediaan adalah salah satu contohnya.
Dalam kondisi nilai tukar yang memburuk, anggaplah sejumlah persediaan dikapalkan perusahaan induk di AS ke salah satu perusahaan anaknya selama kuartal ketiga tahun 1 pada saat kurs VA 1 = $1. Asumsikan juga persediaan ini tak terjual sampai akhir tahun, yaitu tanggal laporan keuangan. Persediaan ini memiliki biaya dalam dolar sebesar $100,000. Jadi, perusahaan anak tersebut akan mencatat transaksi ini dalam bukunya pada VA 100,000. perusahaan anak tersebut beroperasi dengan 50% markup atas biaya, sehingga harga penjualan persediaan tersebut adalah VA 150,000.
Jika persediaan tersebut kemudian dijual seharga VA 150,000 selama kuartal pertama tahun 2, dan kurs rata-rata selama kuartal ini adalah VA 1 = $.95, transaksi tersebutmenghasilkan $142,500. Marjin kotor dari penjualan tersebut akan dilaporkan sebesar $52,000 pada tahun 2, sedangkan, seharusnya dilaporkan $42,500—perbedaan aktual antara biaya dan harga penjualan dalam dolar AS. Dalam contoh ini,
1. Sebenarnya tidak terjadi "kerugian" valuta asing dalam tahun 1. Penurunan kurs hanya mengurangi marjin laba kotor yang awalnya diharapkan.
2. Hasil-hasil operasi yang dilaporkan untuk tahun pertama maupun tahun ke-2 terdistorsi karena metode translasi valuta asing yang tidak realistis.
Pemakaian kurs akhir-tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar menyiratkan bahwa kas, piutang, dan persediaan valuta asing sama-sama dipengaruhi oleh risiko nilai tukar. Namun dalam situasi dimana peningkatan harga lokal dimungkinkan setelah devaiuasi, nilai persediaan terlindungi dari erosi valuta. Dengan demikian, penghapusan persediaan sebesar $10,000 dalam kasus tersebut tidak akan dibenarkan. Di sisi lain, translasi hutang jangka panjang memakai kurs historis melindungi periode-periode intern dari dampak fluktuasi valuta sedangkan tahun penyelesaiannya terbebani sejumlah keuntungan atau kerugian translasi. Banyak pengamat melihat hal ini bertentangan dengan realitas.
2. Metode moneter-nonmoneter.
Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moneter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs.tianslasi yang tepat.
kewajiban moneter—mewakili hak untuk menerima atau keharusan untuk membayar sejumlah valuta asing tertentu di masa depan (kas, piutang, dan hutang, termasuk hutang jangka panjang)—ditranslasikan memakai kurs berlaku. Item-item nonmoneter—aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan—ditranslasikan memakai kurs historis. Item-item laporan laba-rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan prosedur yang telah dijelaskan bagi kerangka metode berlaku-historis.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas, pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Contoh :
Sebuah perusahaan afiliasi AS di luar negeri memiliki saldo kas valuta asing sebesar VA 1,000 yang tak berubah selama tahun yang dimaksud. Kurs selama tahun tersebut adalah sebagai berikut:
1 Januari VA 1 = $1.00
1 Desember VA 1 = $0.67
Penggunaan kurs historis (VA 1 = $1) untuk mentransiasikan saldo kas VA 1,000 pada akhir tahun akan menghasilkan dolar ekivalen $1.000. Namun. konversi saldo kas ini kedalam dolar pada akhir tahun sebenarnya (dengan mengabaikan biaya transaksi) hanya akan menghasilkan S667. bukan $1,000. Jadi dari titik pandang perusahaan induk, pemakaian kurs historis untuk mentransiasikan item-item moneter menghasilkan informasi yang kurang berguna. Karena aset-aset non-moneter dinilai pada biaya historis, translasi item-item ini dengan menggunakan kurs historis mempertahankan nilai neraca awal. Sedangkan jika yang dipakai kurs berlaku, tidak akan mempertahankan nilai neraca awal. translasi ini mengkaitkan risiko nilai tukar dengan komposisi aktiva lancar perusahaan. Metode ini juga merefleksikan perubahan-perubahan dalam valuta domestik ekivalen dari hutang jangka panjang dalam periode terjadi hutang tersebut. menghasilkan indikator efek nilai tukar yang dianggap lebih tepat waktu.
Metode moneter-nonmoneter, seperti halnya pendahulunya. bergantung pada pola klasifikasi untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Karena translasi berkenaan dengan pengukuran dan bukan dengan klasifikasi, karakteristik-karakteristik aktiva dan kewajiban yang menentukan laporan keuangan tidak relevan dalam pemilihan kurs translasi yang tepat.
3. Metode Temporal.
Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan, tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima ata'ii dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika item-item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uangini.
item-item moneter seperti kas, piutang, dan hutang ditranslasikan dengan kurs berlaku. Item-item non moneter ditranslasikan dengan kurs yang sesuai dengan basis pengukuran aslinya. Secara khusus, aset yang tercatat dalam laporan keuangan valuta asing berbasis biaya historis ditranslasikan memakai kurs historis. Mengapa? Karena biaya historis dalam valuta asing yang ditranslasikan memakai kurs historis menghasilkan biaya historis dalam valuta domestik. Sama halnya, item-item non moneter yang tercatat di luar negeri berbasis nilai berjalan ditranslasikan memakai kurs berlaku karena nilai berjalan dalam valuta asing yang ditranslasikan memakai kurs berlaku menghasilkan nilai berjalan dalam valuta domestik. Item-item pendapatan dan beban ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada saat transaksi yang mendasarinya terjadi, walaupun pemakaian kurs rata-rata disarankan jika transaksi-transaksi pendapatan atau beban terlalu banyak.
Dalam praktik, variasi-variasi dari metode-metode translasi yang telah dibahas tadi banyak diperkenalkan untuk mengakomodasi situasi operasi dan filosofi manajemen tertentu. Sebagai contoh. beberapa perusahan internasional yang taat pada metode kurs berlaku tetapi mentranslasikan aktiva tetapnya memakai kurs historis. Perusahaan-perusahaan lain yang lazim memakai metode berlaku-historis tetapi mentranslasikan persediaan memakai kurs yang berlaku pada tanggal perolehan. Perusahaan-perusahaan yang menyukai metode moneter-nonmoneter ternyata mentranslasikan hutang jangka panjang memakai kurs historis bukannya kurs berlaku sementara perusahaan-perusahaan yang menggunakan metode temporal seringkali mentranslasikan persediaan memakai kurs berlaku.

sumber:
http://dewinurlaela.blogspot.com/2009/09/akuntansi-internasional-1.html
http://nanangleite.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar