Senin, 21 Oktober 2013

PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS


PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS
Etika dalam berbinis adalah suatu pelajaran sebuah setandar  moral yang harus dimiliki oleh seseorang maupun kelompok dalam berbisnis. Dalam memasuki ruang lingkup bisnis suatu etika bisa meberikan dampak positif maupun negatif dalam menjalin sebuah kerjasama, karena sebuah etika mencerminkan suatu moral seseorang .
1.        Lingkungan bisnis yang mempengaruhi etika
 Dalam ruang lingkung bisnis etika dapat mempengaruhi berbagai ruanglingkup,  ruang lingkup lingkungan makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis yaitu bribery, coercion, deception, theft, unfair dan discrimination. Maka dari itu dalam perspektif mikro, bisnis harus percaya bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga kerja atau karyawan. ”Etika bisnis merupakan pola bisnis yang tidak hanya peduli pada profitabilitasnya saja, akan tapi juga memerhatikan kepentingan stakeholder-nya. Etika bisnis tidak bisa terlepas dari etika personal, keberadaan mereka merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan maupun tidak terpisahkan dan keberadaannya saling melengkapi. Etika bisnis sesorang merupakan perpanjangan moda-moda tingkah lakunya atau tindakan-tindakan konstan, yang membentuk keseluruhan citra diri atau akhlak orang itu. Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia bisnis. Istilah etika bisnis mengandung pengertian bahwa etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku bisnis. Beberapa faktor yang mempengaruhi harapan publik (etik) pada lingkungan bisnis :

- Moral Keinginan bersikap adil
- Financial malfeasance Banyaknya perbuatan yang memalukan (skandal)
- Economic Kesalahan memberikan dorongan untuk bangkit
- Competition Tekanan dan dorongan global
- Bad judgement Kesalahan operasi, keringanan bagi kalangan eksekutif
- Activist stakeholders Etika investor, pelanggan dan lingkungan
- Synergy Perubahan yang sukses
- Institutional reinforcement Hukum baru

2.        Kesaling – ketergantungan antara bisnis dan masyarakat

Dalam hakikatnya setiap sesuatu yang berada dibumi ini saling ketergantungan satu sama lain, hal ini tidak bisa dihindari maupun dielakan. sama halnya dalam dunia bisnis, dalam dunia bisnis tidak bisa berjalan tampa adanya peranan masayarakat yang ikut serta menjalankan sistem dalam ruanglingkup bisnis itu sendiri, dikarenakan  peranan binis terhadap masyarat yang sagat saling berkaitan, disini binis sagatlah menopang kelangsungan hidup dalam msayarakat, karena didalam ruanglingkup bisnis sendiri terdapat banyak hal peranan-peranan ekonomi yang terdapat didalamnya, yang tentu saja dalam msayarakat sebuah ekonomi sagat diperlukan dalam kelangsungan hidup.
Bisa dikatakan anatara bisnis dan masyarakat perananya saling ketergantungan satu sama lain, dan mempunya ikatan emosonal yang cukup erat dan saling bersinambung satu sama lainya.

3.        Kepedulian perilaku bisnis terhadap etika

Dalam dunia bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan lingkungan masyarakat, bukan hanya dalam konteks bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih hal yang kompleks . Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan semata yang berlipat ganda. Akan tetapi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab maupum memberikan konstribusi terhadap lingkungan  masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.

4.        Pengembangan etika dalam bisnis.
Perkembangan dalam etika bisnis dibagi menjadi 5 periode yaitu:
a.       Situasi Dahulu : Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
b.      Masa Peralihan tahun 1960-an : ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.

  1. Etika Bisnis Lahir di AS tahun 1970-an : sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.

  1. Etika Bisnis Meluas ke Eropa tahun 1980-an : di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).



  1. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global tahun 1990-an : tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.

5.    Etika bisnis dan akuntan
Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban, yaitu kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas.

Sumber:
http://jurnalmasbro.wordpress.com/2013/10/05/perilaku-etika-dalam-bisnis-jurnal-mas-bro/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/perilaku-etika-dalam-bisnis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar